Showing posts with label Korban Covid-19. Show all posts
Showing posts with label Korban Covid-19. Show all posts
Tuesday, April 7, 2020
Korona Dan Industri Pariwisata
*Korona dan Industri Pariwisata*
Kira kira pada bulan akhir ditahun 2019 saya pernah baca sebuah artikel berbahasa Inggris sewaktu menunggu transit di Cengkareng yang artinya kalau ndak salah ingat begini,” Industri pariwisata dunia khususnya industri perhotelan di perkirakan akan tumbuh signifikan, sehingga hampir 1 dari 10 orang akan dipekerjakan oleh industri perhotelan dan industri pariwisata di tahun 2022”.
Sementara itu di sebuah artikel di harian Kompas di akhir Januari 2020, menyinggung masalah kemeriahan Indonesian Night di acara WEF, world economic forum di Davos, Swiss. Salah satu menteri yang memakai pakaian adat Rote dalam sambutannya menyatakan keyakinan akan pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Indonesia yang signifikan.
Mungkin hampir seluruh manusia yang hidup di muka bumi sekarang ini ‘terkaget-kaget’ dan tidak akan pernah menyangka dan menduga akan dampak KLB korona yang dasyat ini. Sehingga kejadian ini meruntuhkan semua hal, baik angka-angka ekonomi, prediksi pertumbuhan dan apapun semua perencanaan menjadi seperti seonggok sapu, kaku diam dan terpojokan.
Sewaktu korona masih bersifat endemi di Wuhan, China saya amati langkah pemerintah dengan sigap mengantisipasi dampak korona dengan menurunkan harga tiket pesawat, membebaskan pajak atas hotel dan restoran di 10 tujuan wisata utama selama tiga bulan dimulai dari 1 Maret 2020 dan lainnya.
Tapi apa lacur, kejadian dunia berubah sangat cepat, sehingga semula hanya bersifat local endemic, tiba-tiba mengglobal menjadi kejadian luar biasa yakni Pandemi korona dan telah mendistorsi semua tatanan kehidupan di planet bumi ini.
Semula stimulus diharapkan akan lebih menggairahkan sektor pariwisata dan ternyata gagal karena virus korona mengharuskan social distancing, karantina sampai dengan lockdown di berbagai negara. Bagaimana sector pariwisata berjalan kalau tidak ada yang bisa datang?
*Recovery*
Selama ini pertumbuhan di sektor pariwisata itu tantangannya adalah masalah politik, keamanan, dan bencana alam. Namun sekarang tantangan yang luar biasa adalah masalah kesehatan. Untuk recovery di bidang Pariwisata kita sudah punya pengalaman soal politik dan keamanan sewaktu bom Bali, bom Marriott dan kejadian gangguan keamanan lainnya.
Adapun bencana alam seperti gempa bumi dan gunung meletus, banjir dan lainnya kita sudah mengalami berkali kali. Semua kejadian ini setahu saya membutuhkan waktu pemulihan kira kira 6 bulan sampai 1 tahun
Terus bagaimana dengan tantangan kesehatan khususnya masalah korona ini? Dari berbagai artikel yang saya baca tidak ada satu pakar-pun di dunia ini yang memastikan wabah korona ini akan berakhir, semua hanya bersifat prediksi, prakiraan dan asumsi. Kalaupun semisal habis lebaran wabah korona ini akan berakhir, apakah kemudian dunia pariwisata akan langsung kembali normal, pulih seperti sediakala?
Bukan pesimis, tapi saya punya keyakinan bahwa kalau kejadian ini bila di gambarkan dalam sebuah grafik, maka akan menjadi grafik “U” (menurun, kemudian melandai untuk beberapa saat dan baru akan naik seiring waktu. Tapi semoga saya salah dan menjadi grafik “V” (memuncak terus turun tajam dan naik lagi tajam dalam tempo yang cepat). Untuk itu diperlukan kesabaran dan keikhlasan dan tetap waspada untuk menghadapinya
*Sinergi*
Kita adalah bagian dari warga dunia, apalagi sektor pariwisata, maka masing-masing individu dari seluruh makhuk yang bernama manusia di muka bumi bertanggung jawab atas peperangan terhadap Covid 19 ini. Jangan berharap dunia pariwisata ini akan pulih seperti sediakala, sebelum covid 19 ini lenyap dari muka dunia.
Seberapa parah sebuah kejadian akan lebih mudah dihadapi apalabila kita bersinergi, baik dengan sesama elemen masyarakat, dengan pemerintah dan bahkan dengan seluruh negara dan penduduk di muka bumi ini.
Untuk itu diharapkan kesadaran semua lapisan masyarakat bahwa covid 19 adalah musuh bersama, lupakan perbedaan, satukan kekuatan, mari kita galang semangat juang, gotong-royong peduli sesama dengan mendukung kebijakan pemerintah itu kuncinya.
Jangan lupa memakai masker, social distancing, cuci tangan pakai sabun. Maturnuwun.
Wahyu I Widodo
Kasongan 06/04/2020
Dosen STP AMPTA Yogyakarta
Monday, March 23, 2020
Kisah Nyata Dokter Korban Covid-19
THE LAST MOMENT DOKTER HADIO
Oleh: Birgaldo Sinaga
Saya bergidik mendapat kiriman foto pertemuan terakhir dokter Hadio dengan dua anaknya yang masih kecil dan istrinya yang masih mengandung.
Dokter Hadio Ali Khazatsin, seorang neurolog bertugas di RS Priemier Bintaro. Dua minggu lalu, banyak pasien terpapar Virus Corona masuk rumah sakit.
Dokter Hadio turun tangan ikut menyelamatkan para penderita Covid 19.
Sayangnya beberapa hari setelah menangani pasien, Dokter Hadio positif terpapar Covid 19. Ia dikarantina. Ia diisolasi di RS Persahabatan.
Kerinduan yang membuncah pada anak istrinya tak tertahankan. Ia meminta izin pulang. Hanya untuk melihat dua buah hati dan istrinya yang masih mengandung.
Dokter Hadio tahu ia tidak boleh dekat dengan anak istrinya. Sesampai di depan pagar kayu berwarna coklat rumahnya, Dokter Hadio menelepon istrinya.
Ia mengabarkan sudah tiba di depan rumah. Ia meminta anak istrinya keluar rumah. Tapi ia meminta mereka tetap di teras depan pintu. Tidak boleh keluar.
Kedua anaknya berteriak kegirangan. Sudah lama buah hatinya ini ditinggal ayahnya.
Kedua bocah kecil itu patuh pada perintah ayahnya. Mereka tetap berdiri di depan teras. Istrinya juga demikian.
Di depan pagar pintu, dokter Hadio berdiri dengan kedua tangan di belakang.
Mulutnya terbungkus masker.
Dari jarak 5 meter, ayah, ibu dan dua anak ini saling tatap. Tanpa suara. Hanya mata saling berbicara.
"Duhai..anak-anakku dan istriku...papa sangat mencintai kalian. Bersabar dan kuat ya", batin dokter Hadio berbisik.
Dua anaknya hanya bisa memandang dari jauh. Mereka belum mengerti apa yang terjadi. Mereka belum mengerti mengapa ayahnya tidak berlari menyambut dan menggendong mereka.
Istri dokter Hadio punya firasat. Ia dengan cepat mengabadikan momen tak terlupakan ini. Ia mengambil hape. Memotret seketika. Dan ini menjadi momen terakhir pertemuan mereka.
"Selamat tinggal sayang..jaga anak2 kita ya sayang. I love you", ujar dokter Hadio lirih sambil melambaikan tangannya.
Dokter Hadio masuk mobil berwarna biru tua. Di dalam mobil batinnya bergolak. Mengharu biru.
Mata saya berkaca-kaca saat melihat foto ini. Really sad.
Dokter Hadio selamat jalan ya...
Kami semua mencintai dan mendoakan dokter yang terbaik..
Love you dokter...
Salam perjuangan penuh cinta
Birgaldo Sinaga